kebersamaan ,solidaritas ,persahabtan ,serta tekanan dari orang lain (bisa dari orang tua atau musuh) yang membuat anak tersebut menjadi ingin berontak dan brutal !
anak tersebut mungkin berfikir bahwa masuk geng motor itu satu-satunya cara agar dia bisa di hargai oleh musuh atau orang-orang yang dulu menindasnya !
yang dulunya di tindas orang ,sekarang dia bisa menindas orang lain berkat didikan dari senior MOONRAKER yang dapat mendidik anak-anak nya menjadi orang yang kuat ,yang tidak bisa di tindas orang lain dan bisa membawa nama baik geng MOONRAKER !
MOONRAKER INDONESIA SPORT CLUB
Selasa, 10 Mei 2011
ARTI DAN MAKNA DARI LAMBANG MOONRAKER Arti dan makna dari lambang MOONRAKER
Salam Wanieun,
Didalam organisasi, Tim, Klub, bahkan Negara pasti mempunyai Lambang dan Bendera.
Bahasa simbol pun sudah dipakai oleh peradaban-peradaban leluhur untuk mempertahankan esensi dari makna supaya tidak tergerus oleh waktu dan pesan tersebut tetap dapat disampaikan.
Disini saya akan memperjelas tentang lambang dari klub MOONRAKER, yaitu sebuah klub motor Hobi di Jawa Barat yang terdaftar di IMI (Ikatan Motor Indonesia).
Jika di XTC menggunakan lambang “lebah” yang bagi orang Mesir Kuno lambang lebah telah dianggap sebagai simbol Kreatifitas.
Sedangkan di BRIGEZ menggunakan lambang “kelelawar” yang mengartikan segala aktivitas dan kegiatan dilakukan pada malam hari.
Bagi orang Cina lambang kelelawar dianggap sebagai simbol Kebahagiaan dan umur panjang(Abadi).
Demikian juga organisasi MOONRAKER yang memakai lambang "Serigala bersayap/Terbang" yang bagi orang Romawi dan Mesir Kuno lambang serigala diartikan sebagai simbol Pemberani (Wanieun:Sunda).
Arti lain lambang serigala dapat diartikan sebagai simbol semangat, persatuan, kecepatan dan kebersamaan/solidaritas.
Seekor serigala mampu menaklukan buruannya dengan cepat, dan seekor serigala mampu mencerai beraikan buruannya yang sedang berkumpul.
Lambang serigala pun dipakai sebagai simbol kota Roma, Tim sepakbola AS Roma, Tim NBA Minnesota, Mozilla Firefox (Serigala Berapi yang menguasai Dunia), Amarok aplikasi musik utk Linux & Unix, FOX racing,dan masih banyak lagi.
Lambang kedua MOONRAKER terdiri dari “Sepasang Sayap Garuda” yang hampir sama dengan sayap pada simbol negara Indonesia yaitu Garuda Pancasila.
Hal yang menunjukkan bahwa klub MOONRAKER adalah bagian dari negara Indonesia dan cinta Indonesia. Hanya perbedaannya sayap pada lambang Indonesia berjumlah 17 bulu pada masing-masing sayap yang menandakan hari kemerdekaan negara tersebut yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Sedangkan sayap dari lambang MOONRAKER berjumlah 14 bulu pada masing-masing sayap dan jika dijumlahkan menjadi 28 bulu yang mengingatkan akan berdirinya organisasi tersebut pada tanggal 28 Oktober 1978.
Burung garuda dilukiskan sebagai burung rajawali seutuhnya dimana kepakan sayapnya yang sangat kuat. Maka sayap garuda sendiri pun dianggap sebagai simbol Kekuatan.
Lambang ketiga, Mata rantai yang terdapat pada lambang MOONRAKER melambangkan unsur generasi penerus yang turun temurun dan tidak akan pernah terputus. Didalam mata rantai tersebut terdapat tulisan M2R yaitu singkatan dari nama klub MOONRAKER.
Lambang keempat MOONRAKER terdapat Pita yang menyerukan semboyan “Bandung Speed Maniac” (Anak-anak Bandung yang maniac akan sebuah kecepatan).
Semboyan ini terbukti dengan banyaknya prestasi yang diperoleh oleh para anggota dalam berlomba. Sekitar tahun 2008 semboyan tersebut diganti menjadi “Jabar Sport Club” yang dapat diartikan sebagai Klub motor di Jawa Barat yang menjunjung Sportifitas dan kini semboyan itu berubah lagi menjadi “Indonesia Sport Club”.
Kemudian keempat lambang itu disatukan dalam sebuah Tameng yang dianggap sebagai simbol dari Perlindungan diri
Pesan : Janganlah kita melihat lambang sampai lupa esensi sesungguhnya dari lambang tersebut.
Didalam organisasi, Tim, Klub, bahkan Negara pasti mempunyai Lambang dan Bendera.
Bahasa simbol pun sudah dipakai oleh peradaban-peradaban leluhur untuk mempertahankan esensi dari makna supaya tidak tergerus oleh waktu dan pesan tersebut tetap dapat disampaikan.
Disini saya akan memperjelas tentang lambang dari klub MOONRAKER, yaitu sebuah klub motor Hobi di Jawa Barat yang terdaftar di IMI (Ikatan Motor Indonesia).
Jika di XTC menggunakan lambang “lebah” yang bagi orang Mesir Kuno lambang lebah telah dianggap sebagai simbol Kreatifitas.
Sedangkan di BRIGEZ menggunakan lambang “kelelawar” yang mengartikan segala aktivitas dan kegiatan dilakukan pada malam hari.
Bagi orang Cina lambang kelelawar dianggap sebagai simbol Kebahagiaan dan umur panjang(Abadi).
Demikian juga organisasi MOONRAKER yang memakai lambang "Serigala bersayap/Terbang" yang bagi orang Romawi dan Mesir Kuno lambang serigala diartikan sebagai simbol Pemberani (Wanieun:Sunda).
Arti lain lambang serigala dapat diartikan sebagai simbol semangat, persatuan, kecepatan dan kebersamaan/solidaritas.
Seekor serigala mampu menaklukan buruannya dengan cepat, dan seekor serigala mampu mencerai beraikan buruannya yang sedang berkumpul.
Lambang serigala pun dipakai sebagai simbol kota Roma, Tim sepakbola AS Roma, Tim NBA Minnesota, Mozilla Firefox (Serigala Berapi yang menguasai Dunia), Amarok aplikasi musik utk Linux & Unix, FOX racing,dan masih banyak lagi.
Lambang kedua MOONRAKER terdiri dari “Sepasang Sayap Garuda” yang hampir sama dengan sayap pada simbol negara Indonesia yaitu Garuda Pancasila.
Hal yang menunjukkan bahwa klub MOONRAKER adalah bagian dari negara Indonesia dan cinta Indonesia. Hanya perbedaannya sayap pada lambang Indonesia berjumlah 17 bulu pada masing-masing sayap yang menandakan hari kemerdekaan negara tersebut yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Sedangkan sayap dari lambang MOONRAKER berjumlah 14 bulu pada masing-masing sayap dan jika dijumlahkan menjadi 28 bulu yang mengingatkan akan berdirinya organisasi tersebut pada tanggal 28 Oktober 1978.
Burung garuda dilukiskan sebagai burung rajawali seutuhnya dimana kepakan sayapnya yang sangat kuat. Maka sayap garuda sendiri pun dianggap sebagai simbol Kekuatan.
Lambang ketiga, Mata rantai yang terdapat pada lambang MOONRAKER melambangkan unsur generasi penerus yang turun temurun dan tidak akan pernah terputus. Didalam mata rantai tersebut terdapat tulisan M2R yaitu singkatan dari nama klub MOONRAKER.
Lambang keempat MOONRAKER terdapat Pita yang menyerukan semboyan “Bandung Speed Maniac” (Anak-anak Bandung yang maniac akan sebuah kecepatan).
Semboyan ini terbukti dengan banyaknya prestasi yang diperoleh oleh para anggota dalam berlomba. Sekitar tahun 2008 semboyan tersebut diganti menjadi “Jabar Sport Club” yang dapat diartikan sebagai Klub motor di Jawa Barat yang menjunjung Sportifitas dan kini semboyan itu berubah lagi menjadi “Indonesia Sport Club”.
Kemudian keempat lambang itu disatukan dalam sebuah Tameng yang dianggap sebagai simbol dari Perlindungan diri
Pesan : Janganlah kita melihat lambang sampai lupa esensi sesungguhnya dari lambang tersebut.
Unjuk Nyali, Demi Reputasi
Moonraker adalah nama geng motor yang paling lawas di Kota Bandung. Didirikan 28 Oktober 1978, kelompok ini sekarang telah beranggotakan ribuan orang yang tersebar di wilayah Jawa Barat.
Irvan Oktavianus, salah seorang pentolan Moonraker mengatakan, awal pembentukan klub Moonraker sebagai ajang silaturahmi para bikers di Kota Bandung. Berbagai kegiatan, seperti touring maupun balapan liar. Menurut informasi yang diterima detikportal, sejak tahun 1980-an, kelompok ini sangat disegani. Sebab selain suka ngetrek di jalanan Bandung, kelompok ini sering terlibat tawuran. Beberapa anggota geng bahkan ada yang membawa senjata api (senpi). Maklum, mayoritas anggotanya adalah anak kolong (anak anggota TNI). Hal ini yang membuat masyarakat dan polisi segan berbuat macam-macam. "Bagi anak motor berkelahi adalah hal lumrah. Kelompok lain juga begitu," kata Irvan Oktavianus, yang saat ini tercatat sebagai pembalap motor nasional.
Tapi Juara I Yamaha Cup Race 1995-1998 ini membantah kalau anggota Moonraker identik dengan perkelahian semata. Sebab, imbuh Irvan, sejak tahun 1980-an anggota Moonraker sering menang dalam balapan liar yang dilakukan di jalan-jalan Kota Bandung. "Malah anggota kami banyak yang jadi pembalap nasional, semisal Benny Baong," jelas Irvan kepada detikportal.
Selain Moonraker, sejumlah geng motor juga bermunculan di Bandung. Tapi yang reputasinya setara dengan Moonraker hanya tiga geng, yakni Exalt to Coitus (XTC), Grab on Road (GBR) dan Brigade Senja (Brigez). Empat geng motor tersebut kemudian menjadi legend di Bandung. Rata-rata geng motor ini dibentuk oleh pecinta balapan liar. Awalnya jumlahnya hanya segelintir, namun makin lama makin banyak hingga ribuan anggota. Mereka tidak hanya berasal dari Bandung, melainkan dari Cirebon, Tasikmalaya, garut, Sukabumi, dan Subang. kemunculan geng-geng motor ini seakan menjadi pemandangan tersendiri di Bandung. Setiap malam di akhir pekan mereka berkumpul. Biasanya Jalan Supratman, Lodaya, Dago, atau Gasibu, jadi tempat favorit. Di tempat itu mereka kemudian adu nyali dan adu kecepatan sepeda motor. Trek yang harus dilalui para pembalap tidak melulu di jalan yang datar dan lurus. Jalan penuh liku dan menurun juga dilakoni. Untuk medan yang satu ini, para pembalap biasanya mengambil start di Lembang dan finish di Jalan Setia Budi. Nekatnya lagi, para pembalap dilarang menggunakan rem belakang. Padahal jalan yang dilalui menurun. Aksi nekat para pembalap tidak jarang memakan korban. Jangan heran kalau hampir setiap balapan selalu ada anggota geng yang tewas atau luka-luka saat balapan. Tapi mereka sama sekali tidak kapok ataupun takut."Itu sudah risiko. Makin berat tantangan makin seru Kang," Kata Ari, anggota geng XTC. Apalagi semakin tinggi risiko semakin besar taruhannya. dalam setiap sesi balapan, nilai taruhan berkisar Rp 3 juta sampai Rp 5 juta. Malah ada yang menjadikan sepeda motor sebagai taruhannya. Pembalap yang menang berhak atas sepeda motor pembalap yang kalah. Uang taruhan merupakan patungan dari masing-masing anggota geng. Dan tiap-tiap geng punya joki (pembalap) andalan, berikut mekaniknya. Di ajang balap liar ini masing-masing geng menguji kemampuan pembalap maupun settingan mesin motor. Bila menang, hasil taruhan akan digunakan untuk pesta dan bersenang-senang. Sering kali persaingan antar geng di ajang balapan liar berbuntut ke luar arena. Usai balapan, masing-masing geng tidak jarang terlibat tawuran. Masing-masing geng tidak pernah akur. Mereka bersaing dalam segala hal, baik balapan, soal reputasi ataupun keberanian. Repotnya, serangan yang mereka lakukan sering salah alamat. Sering kali mereka menyerang masyarakat yang tidak mengerti apa-apa. Alhasil, banyak sudah pengguna jalan di Bandung yang telah jadi korban kebringasan anggota geng motor, yang mayoritas usianya masih belasan tahun. Kasatreksrim Polresta Bandung Tengah AKP Andree Ghama mengatakan para pelaku kekerasan anggota geng motor yang berhasil diciduk, semua dalam keadaaan mabok. Pengaruh alkohol itulah yang membuat anggota geng, yang rata-rata masih pelajar SMP dan SMA ini bertindak brutal.
Irvan Oktavianus, salah seorang pentolan Moonraker mengatakan, awal pembentukan klub Moonraker sebagai ajang silaturahmi para bikers di Kota Bandung. Berbagai kegiatan, seperti touring maupun balapan liar. Menurut informasi yang diterima detikportal, sejak tahun 1980-an, kelompok ini sangat disegani. Sebab selain suka ngetrek di jalanan Bandung, kelompok ini sering terlibat tawuran. Beberapa anggota geng bahkan ada yang membawa senjata api (senpi). Maklum, mayoritas anggotanya adalah anak kolong (anak anggota TNI). Hal ini yang membuat masyarakat dan polisi segan berbuat macam-macam. "Bagi anak motor berkelahi adalah hal lumrah. Kelompok lain juga begitu," kata Irvan Oktavianus, yang saat ini tercatat sebagai pembalap motor nasional.
Tapi Juara I Yamaha Cup Race 1995-1998 ini membantah kalau anggota Moonraker identik dengan perkelahian semata. Sebab, imbuh Irvan, sejak tahun 1980-an anggota Moonraker sering menang dalam balapan liar yang dilakukan di jalan-jalan Kota Bandung. "Malah anggota kami banyak yang jadi pembalap nasional, semisal Benny Baong," jelas Irvan kepada detikportal.
Selain Moonraker, sejumlah geng motor juga bermunculan di Bandung. Tapi yang reputasinya setara dengan Moonraker hanya tiga geng, yakni Exalt to Coitus (XTC), Grab on Road (GBR) dan Brigade Senja (Brigez). Empat geng motor tersebut kemudian menjadi legend di Bandung. Rata-rata geng motor ini dibentuk oleh pecinta balapan liar. Awalnya jumlahnya hanya segelintir, namun makin lama makin banyak hingga ribuan anggota. Mereka tidak hanya berasal dari Bandung, melainkan dari Cirebon, Tasikmalaya, garut, Sukabumi, dan Subang. kemunculan geng-geng motor ini seakan menjadi pemandangan tersendiri di Bandung. Setiap malam di akhir pekan mereka berkumpul. Biasanya Jalan Supratman, Lodaya, Dago, atau Gasibu, jadi tempat favorit. Di tempat itu mereka kemudian adu nyali dan adu kecepatan sepeda motor. Trek yang harus dilalui para pembalap tidak melulu di jalan yang datar dan lurus. Jalan penuh liku dan menurun juga dilakoni. Untuk medan yang satu ini, para pembalap biasanya mengambil start di Lembang dan finish di Jalan Setia Budi. Nekatnya lagi, para pembalap dilarang menggunakan rem belakang. Padahal jalan yang dilalui menurun. Aksi nekat para pembalap tidak jarang memakan korban. Jangan heran kalau hampir setiap balapan selalu ada anggota geng yang tewas atau luka-luka saat balapan. Tapi mereka sama sekali tidak kapok ataupun takut."Itu sudah risiko. Makin berat tantangan makin seru Kang," Kata Ari, anggota geng XTC. Apalagi semakin tinggi risiko semakin besar taruhannya. dalam setiap sesi balapan, nilai taruhan berkisar Rp 3 juta sampai Rp 5 juta. Malah ada yang menjadikan sepeda motor sebagai taruhannya. Pembalap yang menang berhak atas sepeda motor pembalap yang kalah. Uang taruhan merupakan patungan dari masing-masing anggota geng. Dan tiap-tiap geng punya joki (pembalap) andalan, berikut mekaniknya. Di ajang balap liar ini masing-masing geng menguji kemampuan pembalap maupun settingan mesin motor. Bila menang, hasil taruhan akan digunakan untuk pesta dan bersenang-senang. Sering kali persaingan antar geng di ajang balapan liar berbuntut ke luar arena. Usai balapan, masing-masing geng tidak jarang terlibat tawuran. Masing-masing geng tidak pernah akur. Mereka bersaing dalam segala hal, baik balapan, soal reputasi ataupun keberanian. Repotnya, serangan yang mereka lakukan sering salah alamat. Sering kali mereka menyerang masyarakat yang tidak mengerti apa-apa. Alhasil, banyak sudah pengguna jalan di Bandung yang telah jadi korban kebringasan anggota geng motor, yang mayoritas usianya masih belasan tahun. Kasatreksrim Polresta Bandung Tengah AKP Andree Ghama mengatakan para pelaku kekerasan anggota geng motor yang berhasil diciduk, semua dalam keadaaan mabok. Pengaruh alkohol itulah yang membuat anggota geng, yang rata-rata masih pelajar SMP dan SMA ini bertindak brutal.
Gara-gara Ulah Oknum Tidak Terpuji Moonraker Kerap Dikambinghitamkan.
NAMA Moonraker identik dengan sebuah kumpulan pengguna sepeda motor yang bercitra negatif. Kumpulan pengguna sepeda motor yang didirikan di Bandung, 28 Oktober 1978 itu kerap disebut-sebut sebagai salah satu geng motor di Bandung yang sering berbuat anarkis, bahkan menjurus kepada tindak kriminal. Apa betul nama Moonraker sedemikian jelek di mata masyarakat?
Citra negatif tersebut dibantah keras pengurus Moonraker Jabar Sport Club yang diwakili salah satu dewan pembinanya, Dendi Elfandi dan Ketua Moonraker, Diki "Embe".
"Dari dulu, kami tidak merasa sebagai sebuah geng motor, melainkan hanya sebuah klub sepeda motor yang didirikan pendahulu kami yang saat itu menyukai sebuah aliran musik dan sering kumpul di sekitar Taman Pramuka," kata Dendi saat berkumpul di sekitar Jln. Diponegoro Bandung, belum lama ini.
Saat itu, lanjut Dendi, klub tersebut lebih menitikberatkan pada kegiatan balap sebagai penyalur hobi mereka. "Kami sangat menyayangkan adanya kesan buruk kepada Moonraker. Dari dulu kami tidak pernah menganggap diri sebagai sebuah geng motor," jelasnya.
Kendati demikian, kata Dedi, pihaknya tidak menampik ada oknum anggotanya yang melakukan hal-hal yang tidak terpuji. "Hampir sekitar 60% anggota kami adalah setingkat pelajar SMA. Mungkin karena ulah oknum, akhirnya nama klub dikambinghitamkan," ungkapnya.
Dilanjutkannya, ulah-ulah yang mungkin dilakukan oknum tersebut dan merugikan masyarakat, di luar jangkauan organisasi. "Pada prinsipnya, kami punya aturan sendiri. Bila ada anggota yang melakukan hal yang dianggap melanggar, akan dikeluarkan. Kami berprinsip nakal, tapi tidak bertindak kriminal," papar Dendi.
Dilanjutkan Dendi, akibat cap negatif yang telanjur melekat, dewan pembina berpikir keras untuk mengubahnya di mata masyarakat.
"Sejak dua tahun lalu, kami mencoba memperbaiki imej tersebut meskipun sangat berat dan tidaklah mudah," ungkapnya.
Salah satu cara yang dilakukan adalah mengubah tujuan klub sebagai sebuah klub hobi dengan kembali memfokuskan pada bidang balapan. "Sudah banyak anggota kami yang kemudian direkrut untuk jadi pembalap. Kami pun mendaftarkan diri sebagai anggota IMI (Ikatan Motor Indonesia) sebagai salah satu cara untuk memperbaiki citra," kata Dendi.
Ditambahkan Ketua Moonraker, Diki "Embe", penghargaan yang telah diberikan IMI kepada Moonraker sebagai klub hobi terbaik, belum lama ini, merupakan sebuah motivasi tersendiri untuk terus berbenah.
"Sekarang kami tidak lagi harus susulumputan untuk kumpul-kumpul bersama semua anggota. Bila melakukan touring, dengan surat yang telah diberikan ke mana pun bisa, asal mau," tambah Diki seraya mengatakan, mereka kini kerap berkumpul di kawasan Lapangan Gasibu setiap Kamis malam serta Sabtu malam.
Upaya lainnya adalah dengan membersihkan berbagai coretan dinding bertuliskan Moonraker di beberapa wilayah di Bandung, dan akan melakukan gerakan penghijauan. "Selain itu acara bakti sosial sudah kita lakukan terhadap warga dan mudah-mudahan bisa segera menghapus citra buruk tersebut," kata Diki yang diamini wakil ketua, Akew.
Pada akhirnya, bagi Moonraker, apa yang akan dilakukan adalah untuk menjalin kekeluargaan dan apa yang dilakukan biarlah pihak lain yang menilainya.
Saat ini anggota Moonraker se-Jabar telah tercatat sekitar 8.000 orang yang 700 di antaranya di Bandung. Bahkan saat ini sedang dirintis didirikannya Moonraker di luar Jabar.
Citra negatif tersebut dibantah keras pengurus Moonraker Jabar Sport Club yang diwakili salah satu dewan pembinanya, Dendi Elfandi dan Ketua Moonraker, Diki "Embe".
"Dari dulu, kami tidak merasa sebagai sebuah geng motor, melainkan hanya sebuah klub sepeda motor yang didirikan pendahulu kami yang saat itu menyukai sebuah aliran musik dan sering kumpul di sekitar Taman Pramuka," kata Dendi saat berkumpul di sekitar Jln. Diponegoro Bandung, belum lama ini.
Saat itu, lanjut Dendi, klub tersebut lebih menitikberatkan pada kegiatan balap sebagai penyalur hobi mereka. "Kami sangat menyayangkan adanya kesan buruk kepada Moonraker. Dari dulu kami tidak pernah menganggap diri sebagai sebuah geng motor," jelasnya.
Kendati demikian, kata Dedi, pihaknya tidak menampik ada oknum anggotanya yang melakukan hal-hal yang tidak terpuji. "Hampir sekitar 60% anggota kami adalah setingkat pelajar SMA. Mungkin karena ulah oknum, akhirnya nama klub dikambinghitamkan," ungkapnya.
Dilanjutkannya, ulah-ulah yang mungkin dilakukan oknum tersebut dan merugikan masyarakat, di luar jangkauan organisasi. "Pada prinsipnya, kami punya aturan sendiri. Bila ada anggota yang melakukan hal yang dianggap melanggar, akan dikeluarkan. Kami berprinsip nakal, tapi tidak bertindak kriminal," papar Dendi.
Dilanjutkan Dendi, akibat cap negatif yang telanjur melekat, dewan pembina berpikir keras untuk mengubahnya di mata masyarakat.
"Sejak dua tahun lalu, kami mencoba memperbaiki imej tersebut meskipun sangat berat dan tidaklah mudah," ungkapnya.
Salah satu cara yang dilakukan adalah mengubah tujuan klub sebagai sebuah klub hobi dengan kembali memfokuskan pada bidang balapan. "Sudah banyak anggota kami yang kemudian direkrut untuk jadi pembalap. Kami pun mendaftarkan diri sebagai anggota IMI (Ikatan Motor Indonesia) sebagai salah satu cara untuk memperbaiki citra," kata Dendi.
Ditambahkan Ketua Moonraker, Diki "Embe", penghargaan yang telah diberikan IMI kepada Moonraker sebagai klub hobi terbaik, belum lama ini, merupakan sebuah motivasi tersendiri untuk terus berbenah.
"Sekarang kami tidak lagi harus susulumputan untuk kumpul-kumpul bersama semua anggota. Bila melakukan touring, dengan surat yang telah diberikan ke mana pun bisa, asal mau," tambah Diki seraya mengatakan, mereka kini kerap berkumpul di kawasan Lapangan Gasibu setiap Kamis malam serta Sabtu malam.
Upaya lainnya adalah dengan membersihkan berbagai coretan dinding bertuliskan Moonraker di beberapa wilayah di Bandung, dan akan melakukan gerakan penghijauan. "Selain itu acara bakti sosial sudah kita lakukan terhadap warga dan mudah-mudahan bisa segera menghapus citra buruk tersebut," kata Diki yang diamini wakil ketua, Akew.
Pada akhirnya, bagi Moonraker, apa yang akan dilakukan adalah untuk menjalin kekeluargaan dan apa yang dilakukan biarlah pihak lain yang menilainya.
Saat ini anggota Moonraker se-Jabar telah tercatat sekitar 8.000 orang yang 700 di antaranya di Bandung. Bahkan saat ini sedang dirintis didirikannya Moonraker di luar Jabar.
Moonraker Ingin Buat Deklarasi Bandung Aman dari Geng Motor
Tak hanya geng motor Brigez saja yang ingin merubah imej. Geng motor Moonraker pun ingin mengajak geng motor lainnya untuk membuat deklarasi agar Bandung aman dari geng motor.
"Kita memang ingin mengadakan deklarasi bareng-bareng dengan geng motor lainnya," ujar Jenderal Moonraker Iskandar Yausa saat ditemui di Mapolwiltabes Bandung, Sabtu (12/5/2010).
Ia juga berharap geng motor di Bandung bisa menghilangkan sekat, sehingga masalah sepele atau organisasi tidak merekbet ke organisasi sehingga memicu perang antar geng. "Biar Bandung damai dari geng motor," ujar Iskandar.
Meski tidak berganti kulit menjadi Organisasi Kepemudaan (OKP) seperti geng motor Brigez. Namun, kata Iskandar mereka akan bertindak tegas kepada anggotanya yang membuat ulah.
"Kita bertindak tegas kepada anggota kita yang merusak atau membuat ulah. Akan kita serahkan langsung kepada yang berwajib," terangnya.
"Kita memang ingin mengadakan deklarasi bareng-bareng dengan geng motor lainnya," ujar Jenderal Moonraker Iskandar Yausa saat ditemui di Mapolwiltabes Bandung, Sabtu (12/5/2010).
Ia juga berharap geng motor di Bandung bisa menghilangkan sekat, sehingga masalah sepele atau organisasi tidak merekbet ke organisasi sehingga memicu perang antar geng. "Biar Bandung damai dari geng motor," ujar Iskandar.
Meski tidak berganti kulit menjadi Organisasi Kepemudaan (OKP) seperti geng motor Brigez. Namun, kata Iskandar mereka akan bertindak tegas kepada anggotanya yang membuat ulah.
"Kita bertindak tegas kepada anggota kita yang merusak atau membuat ulah. Akan kita serahkan langsung kepada yang berwajib," terangnya.
Geng Motor ”Membakar” Jalanan Kota Bandung
BRIGEZ, XTC, Moonraker (M2R), dan GBR. Sebagian besar warga Bandung langsung mengenalnya sebagai geng motor. Nama-nama itu tersebar dalam bentuk coretan cat semprot di tempat-tempat umum seperti dinding, jembatan, hingga rolling door. Ada juga yang mengenalnya dari berita-berita kriminal, baik di koran, TV, atau dari mulut ke mulut. Keempat nama itu merupakan bagian dari sejumlah klub atau geng motor yang masih eksis di Kota Bandung.
Belakangan, dua geng yang namanya masih mencuat ialah Brigez dan XTC. “Perang” geng antarkeduanya kerap terjadi. Terkadang meminta korban luka hingga korban jiwa. Kasus terakhir, tewasnya Sandy Kurnia alias Tile saat terjadi ”perang” geng motor Brigez dan XTC di Jln. Saturnus Raya, Bandung, Sabtu, 11 Agustus 2007 lalu.
Mencari tahu penyebab “perang” antargeng motor, gampang-gampang susah. Ada beberapa versi pemicu awal “perang” antargeng. Dari wawancara ”PR” dengan sejumlah pentolan geng motor, semua mengerucut pada satu peristiwa antara tahun 1989 atau 1990 (sumber ”PR” lupa tahun persisnya).
Dipicu oleh pertengkaran antara Erdin (Ketua GBR saat itu) dengan Abuy (XTC), yang berujung pada perkelahian di kawasan Dago. Usai perkelahian, Abuy membawa kabur motor Yamaha RX King milik Erdin. ”Dulu, perkelahian memang antarpribadi, satu lawan satu,” ucap D’Cenk, pentolan XTC tahun 1980-an yang kini menjadi pengajar.
Keduanya lalu didamaikan anak-anak XTC lainnya. Motor milik Erdin dikembalikan, tetapi tanpa lampu depan. Saat diminta, Abuy tidak mau mengembalikannya. ”Dari sana terpatri di benak anak-anak GBR bahwa XTC musuh GBR,” tutur D’Cenk yang tidak mau ditulis nama aslinya.
Pada pertengahan tahun yang sama, suatu malam, anak-anak XTC bertemu dengan GBR di Jln. Supratman Bandung. Versi D’Cenk, GBR sepertinya telah menyiapkan peralatan “perang” di antaranya batu, samurai, kapak, balok dan lain-lain. ”Kita tidak siap apa-apa. Paling hanya double stick dan rantai,” katanya.
Geng XTC mengejar GBR dan berhenti di sekitar Gasibu. ”Mereka pura-pura kabur dan sengaja dibawa ke Gasibu. Di sana, anggota mereka yang lainnya sudah siap. Kami kelabakan karena kalah jumlah. Teman kami Arif, tertinggal. Saat kami balik lagi ke tempat itu, dia sekarat. Sebelum meninggal, dia berpesan agar kematiannya dibalas. Itulah asal muasalnya,” kata D’Cenk.
Perseteruan GBR vs XTC kian melebar dan meminta banyak korban. Suasana kian keruh ketika geng-geng itu melibatkan atau meminta bantuan geng lainnya seperti Brigez atau Moonraker. Akhirnya, semua geng saling bermusuhan dan kerap terlibat tawuran hingga saat ini.
Menganiaya korban
Selain meminta korban sesama anggota geng, tindakan mereka juga mengambil korban masyarakat biasa. Tak salah jika masyarakat menyebut geng-geng motor tersebut tidak berbeda dengan perampok atau pencuri.
Tindak kejahatan yang dilakukan sebagian besar perampasan barang berharga milik korban, seperti uang, HP, dompet, hingga motor. Dalam aksinya, mereka tak segan-segan menganiaya korban.
Salah satu yang pernah “mencicipi” aksi kriminal geng motor ialah seorang penulis lepas di harian “PR”, Agus Rakasiwi. Dadanya ditusuk senjata tajam anggota geng motor yang hendak merampas dompet miliknya.
Geng motor memang merajai jalanan di Kota Bandung. Polisi pun dilawan, dan tak berkutik. Meski jabatan Kapolwiltabes Bandung beberapa kali diganti, aksi geng motor tak pernah bisa hilang.
Dulu, biasanya di setiap geng ada anggota yang memiliki beceng alias senjata api. ”Biasanya mereka anak-anak pejabat, polisi, atau ABRI (tentara). Makanya kita berani karena ada mereka-mereka itu,” tutur Diki alias Si Rajin (Si Raja Jin), anggota Brigez tahun 1980-an.
Mantan Komandan Perang Brigez itu mengatakan, senpi itu kerap dibawa saat penyerangan, tetapi hanya untuk menakut-nakuti. ”Tetap saja kita perangnya pakai balok kayu, batu, rantai, samurai, atau stik bisbol. Dan perlu saya garis bawahi, semua itu dilakukan untuk keperluan perang geng. Bukan tindak kriminal seperti sekarang yang korbannya masyarakat,” ucap pria beranak satu yang selalu bersikap kalem ini.
Dari waktu ke waktu, keberingasan geng motor memang mengarah ke tindak kriminal murni. Sejumlah sesepuh geng motor tidak menampik bahwa geng-geng motor sekarang bisa saja dijadikan sarana peredaran narkoba. ”Dulu saja banyak bandar yang menawarkan barangnya. Waktu itu zamannya putaw sedang tren. Harus diakui, ada beberapa anggota geng yang memakainya, bahkan menjualnya ke anggota geng lainnya,” kata Ocan Brigez.
Bukan tidak mungkin, geng-geng motor itu suatu saat nanti berkembang menjadi kelompok kejahatan yang terorganisasi.
Hal itu juga diamini oleh D’Cenk. Salah satu tindak kejahatan yang pernah dilakukan XTC di zaman kepemimpinan Irvan Boneng tahun 1995, yaitu merampok toko emas di Tasikmalaya. ”Makin ke sini, saya lihat tindakan mereka makin kriminal saja. Makanya, tahun 1991 saya menyatakan keluar dari XTC. Semua atribut yang berbau XTC mulai dari jaket, kaus, dan bendera, saya bakar. Sejak itu, saya tidak mau lagi berurusan dengan geng motor. Langkah saya itu diikuti sejumlah dedengkot XTC lainnya,” ucapnya.
Oleh karena itu, dia berharap polisi berani bertindak tegas terhadap geng motor sebelum mereka menjadi kelompok kejahatan terorganisasi. Mereka memang bisa saja ”membakar” jalanan Kota Bandung dengan segala aksi kriminal, layaknya geng motor Hell’s Angels yang ”membakar” jalanan di Benua Amerika.
Belakangan, dua geng yang namanya masih mencuat ialah Brigez dan XTC. “Perang” geng antarkeduanya kerap terjadi. Terkadang meminta korban luka hingga korban jiwa. Kasus terakhir, tewasnya Sandy Kurnia alias Tile saat terjadi ”perang” geng motor Brigez dan XTC di Jln. Saturnus Raya, Bandung, Sabtu, 11 Agustus 2007 lalu.
Mencari tahu penyebab “perang” antargeng motor, gampang-gampang susah. Ada beberapa versi pemicu awal “perang” antargeng. Dari wawancara ”PR” dengan sejumlah pentolan geng motor, semua mengerucut pada satu peristiwa antara tahun 1989 atau 1990 (sumber ”PR” lupa tahun persisnya).
Dipicu oleh pertengkaran antara Erdin (Ketua GBR saat itu) dengan Abuy (XTC), yang berujung pada perkelahian di kawasan Dago. Usai perkelahian, Abuy membawa kabur motor Yamaha RX King milik Erdin. ”Dulu, perkelahian memang antarpribadi, satu lawan satu,” ucap D’Cenk, pentolan XTC tahun 1980-an yang kini menjadi pengajar.
Keduanya lalu didamaikan anak-anak XTC lainnya. Motor milik Erdin dikembalikan, tetapi tanpa lampu depan. Saat diminta, Abuy tidak mau mengembalikannya. ”Dari sana terpatri di benak anak-anak GBR bahwa XTC musuh GBR,” tutur D’Cenk yang tidak mau ditulis nama aslinya.
Pada pertengahan tahun yang sama, suatu malam, anak-anak XTC bertemu dengan GBR di Jln. Supratman Bandung. Versi D’Cenk, GBR sepertinya telah menyiapkan peralatan “perang” di antaranya batu, samurai, kapak, balok dan lain-lain. ”Kita tidak siap apa-apa. Paling hanya double stick dan rantai,” katanya.
Geng XTC mengejar GBR dan berhenti di sekitar Gasibu. ”Mereka pura-pura kabur dan sengaja dibawa ke Gasibu. Di sana, anggota mereka yang lainnya sudah siap. Kami kelabakan karena kalah jumlah. Teman kami Arif, tertinggal. Saat kami balik lagi ke tempat itu, dia sekarat. Sebelum meninggal, dia berpesan agar kematiannya dibalas. Itulah asal muasalnya,” kata D’Cenk.
Perseteruan GBR vs XTC kian melebar dan meminta banyak korban. Suasana kian keruh ketika geng-geng itu melibatkan atau meminta bantuan geng lainnya seperti Brigez atau Moonraker. Akhirnya, semua geng saling bermusuhan dan kerap terlibat tawuran hingga saat ini.
Menganiaya korban
Selain meminta korban sesama anggota geng, tindakan mereka juga mengambil korban masyarakat biasa. Tak salah jika masyarakat menyebut geng-geng motor tersebut tidak berbeda dengan perampok atau pencuri.
Tindak kejahatan yang dilakukan sebagian besar perampasan barang berharga milik korban, seperti uang, HP, dompet, hingga motor. Dalam aksinya, mereka tak segan-segan menganiaya korban.
Salah satu yang pernah “mencicipi” aksi kriminal geng motor ialah seorang penulis lepas di harian “PR”, Agus Rakasiwi. Dadanya ditusuk senjata tajam anggota geng motor yang hendak merampas dompet miliknya.
Geng motor memang merajai jalanan di Kota Bandung. Polisi pun dilawan, dan tak berkutik. Meski jabatan Kapolwiltabes Bandung beberapa kali diganti, aksi geng motor tak pernah bisa hilang.
Dulu, biasanya di setiap geng ada anggota yang memiliki beceng alias senjata api. ”Biasanya mereka anak-anak pejabat, polisi, atau ABRI (tentara). Makanya kita berani karena ada mereka-mereka itu,” tutur Diki alias Si Rajin (Si Raja Jin), anggota Brigez tahun 1980-an.
Mantan Komandan Perang Brigez itu mengatakan, senpi itu kerap dibawa saat penyerangan, tetapi hanya untuk menakut-nakuti. ”Tetap saja kita perangnya pakai balok kayu, batu, rantai, samurai, atau stik bisbol. Dan perlu saya garis bawahi, semua itu dilakukan untuk keperluan perang geng. Bukan tindak kriminal seperti sekarang yang korbannya masyarakat,” ucap pria beranak satu yang selalu bersikap kalem ini.
Dari waktu ke waktu, keberingasan geng motor memang mengarah ke tindak kriminal murni. Sejumlah sesepuh geng motor tidak menampik bahwa geng-geng motor sekarang bisa saja dijadikan sarana peredaran narkoba. ”Dulu saja banyak bandar yang menawarkan barangnya. Waktu itu zamannya putaw sedang tren. Harus diakui, ada beberapa anggota geng yang memakainya, bahkan menjualnya ke anggota geng lainnya,” kata Ocan Brigez.
Bukan tidak mungkin, geng-geng motor itu suatu saat nanti berkembang menjadi kelompok kejahatan yang terorganisasi.
Hal itu juga diamini oleh D’Cenk. Salah satu tindak kejahatan yang pernah dilakukan XTC di zaman kepemimpinan Irvan Boneng tahun 1995, yaitu merampok toko emas di Tasikmalaya. ”Makin ke sini, saya lihat tindakan mereka makin kriminal saja. Makanya, tahun 1991 saya menyatakan keluar dari XTC. Semua atribut yang berbau XTC mulai dari jaket, kaus, dan bendera, saya bakar. Sejak itu, saya tidak mau lagi berurusan dengan geng motor. Langkah saya itu diikuti sejumlah dedengkot XTC lainnya,” ucapnya.
Oleh karena itu, dia berharap polisi berani bertindak tegas terhadap geng motor sebelum mereka menjadi kelompok kejahatan terorganisasi. Mereka memang bisa saja ”membakar” jalanan Kota Bandung dengan segala aksi kriminal, layaknya geng motor Hell’s Angels yang ”membakar” jalanan di Benua Amerika.
TIPS dan TRIK Memasang Kopling Manual
Ada trik anyar pasang kopling manual. Yakni tanpa merusak bak oli seperti paket kopling manual biasa. Maksudnya, permukaan bak tak perlu dilubangi atau dibubut untuk memasang stut penekan. Tapi, alatnya dipasang di luar dengan memanfaatkan lubang bekas baut setelan kopling.
Namanya, kopling manual cangkokan.
“Lebih praktis. Kalau motor mendadak ingin dijual, tinggal copot kopling cangkokan dan pasang aslinya,” seru Irvan Octavianus dan Morry Hilly yang mengaku idenya dari klub Moonraker Speed maniac di Bandung.
Dan terpenting, pasangnya gampang. Paling butuh 2 jam, beres. Kopling manual cangkokan bisa diaplikasi bebek 4-tak macam Honda Supra, Legenda dan Karisma. Bahkan bebek mona ber-spek Honda pun tidak diharamkan. “Cuma, buat bebek 4 nada Yamaha, dibikin agak khusus. Melihat konstruksinya yang beda,” sambut Morry yang menjajakan produk terkait di Jakarta.
Irvan melego alat ini sekitar Rp 150 sampai 250 ribu, sudah termasuk ongkos pasang kalau di Bandung. Ada perbedaan harga walau satu merek. “Ini berdasarkan tingkat kerumitan pemasangan antara satu model dengan model lain,” bilang Irvan yang bermarkas di Jl. Resort Dago Pakar Permai I, No.2, Dago Atas, Bandung.
Kalau ingin pasang sendiri, siapkan alat bantu seperti tang, obeng kembang-min, kunci ring 8, 10 dan 12. Lanjut diawali mencopot baut bak oli pakai kunci ring 8. Untuk memasang stut kopling cangkokan di lubang setelan kopling, mesti melepas baut setelan kopling pakai kunci ring 12.
Setelah batang penekan kopling manual cangkokan masuk di lubang, ikat dengan bantuan tang, kunci 10 dan 8 dari dalam. Baru deh pegangan kopling cangkok diikat bersamaan di baut bak oli. “Hati-hati pas pemasangan. Perhatikan, batang penonjok bearing harus tepat pada posisi,” wanti Irvan yang pembalap seeded Tim Yamaha Solo era 1995-1997.
Terakhir, tinggal menon-aktifkan fungsi kopling otomatis pakai ring tebal ukuran baut 17.
Prosesnya, lepas kopling otomatis. Lalu selipkan ring 17 tadi di baliknya dan pasang lagi seperti semula. Begitu kelar, tinggal pasang bak oli dan kabel kopling ke arah handel.
Namanya, kopling manual cangkokan.
“Lebih praktis. Kalau motor mendadak ingin dijual, tinggal copot kopling cangkokan dan pasang aslinya,” seru Irvan Octavianus dan Morry Hilly yang mengaku idenya dari klub Moonraker Speed maniac di Bandung.
Dan terpenting, pasangnya gampang. Paling butuh 2 jam, beres. Kopling manual cangkokan bisa diaplikasi bebek 4-tak macam Honda Supra, Legenda dan Karisma. Bahkan bebek mona ber-spek Honda pun tidak diharamkan. “Cuma, buat bebek 4 nada Yamaha, dibikin agak khusus. Melihat konstruksinya yang beda,” sambut Morry yang menjajakan produk terkait di Jakarta.
Irvan melego alat ini sekitar Rp 150 sampai 250 ribu, sudah termasuk ongkos pasang kalau di Bandung. Ada perbedaan harga walau satu merek. “Ini berdasarkan tingkat kerumitan pemasangan antara satu model dengan model lain,” bilang Irvan yang bermarkas di Jl. Resort Dago Pakar Permai I, No.2, Dago Atas, Bandung.
Kalau ingin pasang sendiri, siapkan alat bantu seperti tang, obeng kembang-min, kunci ring 8, 10 dan 12. Lanjut diawali mencopot baut bak oli pakai kunci ring 8. Untuk memasang stut kopling cangkokan di lubang setelan kopling, mesti melepas baut setelan kopling pakai kunci ring 12.
Setelah batang penekan kopling manual cangkokan masuk di lubang, ikat dengan bantuan tang, kunci 10 dan 8 dari dalam. Baru deh pegangan kopling cangkok diikat bersamaan di baut bak oli. “Hati-hati pas pemasangan. Perhatikan, batang penonjok bearing harus tepat pada posisi,” wanti Irvan yang pembalap seeded Tim Yamaha Solo era 1995-1997.
Terakhir, tinggal menon-aktifkan fungsi kopling otomatis pakai ring tebal ukuran baut 17.
Prosesnya, lepas kopling otomatis. Lalu selipkan ring 17 tadi di baliknya dan pasang lagi seperti semula. Begitu kelar, tinggal pasang bak oli dan kabel kopling ke arah handel.
Langganan:
Komentar (Atom)